Canda jenaka bunga-bunga bangsa dari desa
Langit merekah menyiramkan
Cahaya senja
Menyampaikan salam kehidupan
Memoles pesona ranum bau tanah
Perawan pedesaan
Membangunkan bunga-bunga bangsa
Dari mimpi lelapnya
Tanpa cakap, tanpa tanya
Udara pagi pun menyongsong
Kelahiran makna hidup
Mengubur kemewahan
Membangkitkan nafas sahaja
Dengan tawa dan canda jenaka
Menggantungkan cita-cita
Di atas cakrawala
Sawah-sawah menanti siap digarap
Dada telanjang sambil melenggang
Berkacak pinggang
Mereka berjingkrak bernyanyi:
Naik-naik jabatan tinggi
Nikmati nikmat sekali
Kanan uang, kiri uang
Di depan harapan membentang
Dukamu di televisi
Menyaksikan dukamu terpampang di televisi
Langit mengarak mendung kelabu
kesedihan menancapkan ujungnya
Yang runcing di hati
Menanggalkan luka mengharu biru
Hari-hari meratapi punggung bumi
Tertusuk api dan di bara api
Angin mengiris, aku meringis
Senapan jadi barang mainan
Tak ada bisa dipertahankan
Hilang tanah sejengkal
Mengurangi jatah segumpal
Kehidupan mendatangkan ajal
Matahari dikebiri hilang berperi
- *) R AM Haryadi Salim, tinggal di Jl KS Tubun No 39, Semarang
(DIMUAT DI SOLO POS 15 JUNI 2008)
19 Juni 2008
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar