Selamat Datang!

Mencobalah untuk lebih dekat! Agar semua rasa bisa dilebur, demi meringankan jiwa yang sedang kalut!

Carilah Sesuatu Yang Hilang Itu

Google

07 Juli 2008

Wasiat

”Po...pop...po....” Bunyi itu seperti menyambut gerimis. Malam Kamis.Di luar angin bertiup ganas, melibas segala pepohonan.Lalu.Ada bau amis.

Semua penduduk di desa itu mendadak ketakutan. Tak ada yang berani keluar rumah. Anak-anak muda yang biasanya ramai bercengkeramadi gardu pos ronda, pun anak-anak belasan tahun yang gemar bermain hingga lari, semuanya tak kelihatan batang hidungnya. Malam mencekam, amat kelam.

Wajah-wajah penduduk digantungi cemas. Sambil berharap tak terjadi apa-apa pada anggota keluarganya ini malam. Dahulu, sebagaimana cerita para orang tua, bila ada kejadian seperti ini,makaakan ada penduduk desa yang berpulang ke rahmatullah esok pagi.

Dan keyakinan seperti itu telah terselip rapi di benak penduduk setempat. Wajar memang. Karena kejadian serupa setahun silam pernah terjadi. Tempo itu, kepala desa meninggal secara mengenaskan,perutnya kosong melompong sehingga ia dikubur dengan perut bolong. Meski sebagian penduduk percaya bahwa kematian tragis dan aneh kepala desa akibat perbuatannya yang selalu menyelewengkan jatah beras raskin untuk rakyat miskin, tetapi tetap saja penduduk dicekam ketakutan.

Peristiwa dua tahun silam pun tak bisa menghilang dari ingatan penduduk ketika seorang pengusaha yang berlagak penguasa yang sering dipanggil Haji Loppo tewas mengenaskan. Konon garagara ia amat terkejut mendengar bunyi ”po...pop...po” sehingga ia tak bisa menguasai kemudi mobilnya lalu terperosok masuk jurang yang dalam.

Anehnya, perutnya luka menganga dengan isi perut menghilang. Penduduk setempat percaya bahwa isi perut Haji Loppo dimakan Poppo. Ada sebagian kecil penduduk yakin kalau Haji Loppo dikutuk oleh Tuhan. Haji Loppo memang orang paling kaya di kampung itu. Ia bahkan beberapa kali ke Tanah Suci, tapi penduduk setempat mengenalnya sebagai tengkulak cengkeh dan kakao yang sangat pelit bin kikir. Masih menurut cerita para tetua.

Konon, yang berbunyi po... pop...po itu adalah seseorang yang memiliki ilmu hitam, bila mewujud jadi poppo, wujudnya kadang tak bisa dilihat, hanya bunyinya yang kedengaran.Sebenarnya dua macam penganut ilmu hitam yang di takuti yaitu poppo dan parakan. Bedanya, poppo bisa terbang, sedangkan parakan cumadi darat. I

lmu parakan tidak mutlak diwariskan, tetapi ilmu poppo diwariskan secara turun-temurun, bahkan harus diturunkan pada anak.Konon, seorang poppo tidak bisa meninggal dunia jika tidak ada anggota keluarganya yang mengambil ilmunya sebagai mana (bahasa Bugis, artinya warisan). Ia akan tersiksa dalam himpitan sakaratul maut dengan lidah menjulur-julur serta mata terbelalak.

Sementara semua penduduk desa dikepung kecemasan dan ketakutan. Seorang penduduk yang bernama Labillang kelihatan tenangtenang saja. Bahkan, ada harapan yang menggelayut di benaknya. Sebagai seseorang yang berprofesi sebagai penggali kubur, ia memang selalu menggantung harapan di atas penderitaan orang lain. Prinsip penggali kubur, ada mayat ada uang, ada uang ada makanan.

Malam itu sepertinya harapan besar buat Labillang. Karena di kampung itu seorang pengusaha kaya raya saudara almarhum Haji Loppo yang bernama Haji Lolo sakit keras. Bahkan penduduk setempat memprediksi umur Haji Lolo tak akan lama lagi.Yang waswas hanyalah keluarga calon almarhum. Mereka cemas kalau kematian Haji Lolo kelak mengikuti jejak Haji Loppo. Di rumah yang lain, Labillang kelihatan tidak begitu bersemangat. Tiba-tiba ia merasa ngeri. Makanannya berbau maut. Ia seperti diintip sakaratul maut. ***

Tujuh bulan yang lalu

Woh...oh...woh!” Perempuan tua itu mengerang kesakitan. Antara hidup dan mati. Lidahnya menjulur-julur. Pun matanya terbelalak. ”Woh...oh! Billang!” Ia terus merintih sambil memanggil cucu tunggalnya. ”Nek! Aku di sini, aku tak pernahmeninggalkan nenek.” ”Woh...oh...woh! Billang! Billang!” Sepertinya perempuan tua itu tidak mendengar suara cucunya.

”Nek!Apa yang terjadi? Billang menggoyang-goyang tubuh neneknya. ”Cucuku, Nenek tak akan lama lagi di sini. Nenek sudah kangen sama kedua orang tuamu, dan kakakmu.” ”Jangan pergi,Nek!” Billang terus memeluk neneknya. ”Nenek harus pergi. Sebelum nenek pergi, akan nenek ceritakan semua rahasia tentang keluargamu.” ”Rahasia?” ”Ya, rahasia cucuku.

Dulu orang tuamulah yang paling kaya di kampung ini. Ayahmu adalah seorang pedagang yang gigih dan ulet. Ibumu adalah anakku satusatunya. Nenek tidak punya saudara. Sebagai anak tunggal, harta nenek adalah harta ibumu juga. Namun semuanya....” Suara perempuan tua itu tercegat.Air mata terus menghiasi wajahnya yang mengeriput. Sementara Labillang hanya terpekur di sudut.

”Lanjutkan ceritanya,Nek!” ”Baiklah cucuku. Karena kesuksesan kedua orang tuamu, banyak orang yang iri dan berusaha menjatuhkannya. Termasuk kepala desa yang telah meninggal setahun silam.” ”Kepala desa?” Labillang kian penasaran. ”Ya, kepala desa itu. Sebenarnya ia adalah pamanmu sendiri.

Saudara sepupu ayahmu. Namun, ia benci pada ayahmu yang tidak mendukungnya sebagai kepala desa. Hanya ayahmulah satusatunya di desa ini yang berani mengkritiknya.” ”Tapi kenapa ia bisa terpilih jadi kepala desa sampai beberapa periode, Nek?” ”Tidak ada yang berani mencalonkan diri jadi kepala desa selamaia juga masih mencalonkan diri kecuali ayahmu. Dan....

” Sekali lagi perempuan tua itu tercegat. Ada duka yang mengiris wajahnya. ”Dan kenapa, Nek” Labillang kian menyelidik. ”Semoga kau bisa menerima kenyataan ini cucuku, kedua orang tuamu serta kakakmu dibunuh secara kejam oleh orang suruhan kepala desa yang bersekutu dengan Haji Loppo danHaji Lolo.” ”Tapi kenapa aku bisa selamat, Nek?” ”Tempo itu, kau masih kecil belum mengerti apa-apa, mungkin mereka tidak sampai hati membunuhmu.”

”Bajingan!”Labillang mengutuk. ”Sabarlah cucuku! Tak ada gunanya mendendam. Nenek telah mendendam kepada mereka yang telah menzalimi orang tuamu tapi apa yang nenek dapatkan? Tidak ada. Hanya menumpuk dosa. Ingat cucuku! Hanya menumpuk dosa dan penyesalan.” ”Maksud nenek?” ”Dengarkanlah cucuku. Masih banyak yang perlu nenek ceritakan sebelum nenek menghadap keharibaan-Nya.

” ”Lanjutkan,Nek” ”Karena kekejaman kepala desa dan orang-orang suruhannya, nenek sangat mendendam. Tapi takmungkin nenek bisa membalas dendam secara langsung, nenek tak punya kekuatan. Akhirnya nenek pergi berguru dan mewarisi ilmu poppo dari seorang tetua di kampung sebelah. Dan begitulah, kepala desa dan Haji Loppo telah jadi korban ilmu itu.” Perempuan tua itu berhenti sejenak.


”Jadi...jadi.”Labillang tergeragap. ”Maaf cucuku, nenek mengerti maksudmu. Kau tak sudi mewarisi ilmu hitam nenek. Tapi nenek terpaksa mewariskan kepadamu, karena ilmu ini tak bisa hilang dan tidak mungkin diwariskan pada orang lain sebelum diwariskan pada turunan sendiri. Dan ketika kau sudah mewarisi ilmu ini, jangan lagi diwariskan pada keturunanmu kelak, pun orang lain.

Nenek yakin kau bisa melepaskan diri dari ilmu sesat ini suatu saat dengan memperdalam ilmu agama, pergilah belajar pada kiai dan ustad.” ”Woh...oh...woh!” Tiba-tiba perempuan tua itu merintih kesakitan. Lidahnya menjulur-julur.Mata terbelalak galak. Khkhkh! Perempuan tua itu telah menutup mata untuk selamalamanya. Tapi mendadak keanehan menjelma pada Labillang. Lidah Labillang menjulur-julur, matanya memerah galak terbelalak. Lalu. Pop...po...poppo.


*** Malam Kamis itu masih terus mencekam. Penduduk desa masih ketakutan. Di sebuah rumah mewah, menghadap ke utara di sebelah timur rumah Labillang, ramai orang berkumpul. Mereka adalah sanak keluarga yang menunggui Haji Lolo. Haji Lolo memang lagi sakit keras. Sementara itu,di rumahnya, Labillang terus komat-kamit. Ia meracau. Matanya terbelalak, pun lidah menjulur-julur. Seperti ia menahan geram yang maha dahsyat.

”Bangsat kau Haji Lolo, terimalah pembalasanku.” Hening sejenak. Lalu, Ia kembali komat-kamit.Bukan meracau. Karena lafaz yang ia ucapkan adalah ayat-ayat suci Alquran. Lalu, seperti ada dua makhluk asing yang berperang kejam dalam tubuhnya. ”Tidak! Tidak! Aku tak boleh mendendam.” ”Aku harus membunuhnya.” ”Tidaaak! Aku harus ingat pesan nenek.”

”Nyawa harus dibalas dengan nyawa.” ”Tidaaaak.” Kh...kh...khkh.Tubuh Labillang terhempas melawan kekuatan dahsyat dalam tubuhnya. Sesosok bayangan hitam keluar dari mulutnya disertai bunyi po...pop...po. Lalu menghilang bersama malam. Labillang terus melantunkan ayat-ayat suci. Keesokan harinya. Labillang terlihat asyik menggali kuburan bersama rekan-rekannya.

Haji Lolo memang telah meninggal dunia. Keluarganya sangat bersyukur karena mayat Haji Lolo tidak mengalami keanehan seperti yang mereka prediksi sebelumnya. Sambil menggali kuburan, mata Labillang berkaca-kaca. Ia teringat akan pesan neneknya. Ia bertekad menjaga pesan neneknya itu sebagai wasiat. Tak boleh ada dendam. Labillang berharap wasiat neneknya menjadi lampu penerang baginya menjalani harihari mendatang. Langit kian cerah. Secerah hati Labillang. Sinjai-Makassar, 2008

DUL ABDUL RAHMAN.
Lahir Bulukumba, Sulawesi Selatan. Alumni S2 Kesusastraan Unhas. Pekerja sastra dan budaya. Ratusan tulisannya berupa puisi, cerpen, esai, artikel budaya, dan kritik sastra tersebar di berbagai media cetak dan online di Indonesia dan Malaysia. Sekarang bekerja sebagai ”PNS” (PeNuliS, danPegawai Negeri Sipil). Buku kumpulan cerpennya yang sudah terbit ”Lebaran Kali Ini Hujan Turun”.


(TERBIT DI SEPUTAR INDONESIA, 5 JULI 2008)

Tragedi dan Puisi

Aristoteles dalam Poetics melakukan ikhtiar pembacaan dan eksplanasi mengenai tragedi dengan acuan kebudayaanYunani. Dalam pengungkapannya, tragedi memakai bahasa yang atraktif sensual.

Pemakaian bahasa itu menimbulkan adanya rasa kasihan dan ketakutan yang digambarkan dalam tindakan-tindakan tragis dan karakteristik-karakteristik emosional. Substansi tragedi adalah imitasi dari tindakan dalam kehidupan yang didasarkan pada kualitas moral sesuai karakter bahagia atau derita.

Pemahaman Aristoteles mengenai tragedi dalam konteks puisi merepresentasikan kekuatan tragedi yang mengungkapkan persoalan hakikat manusia dan kehidupan. Istilah tragedi berasal dari bahasa Yunani ”tragidio” yang berarti ’nyanyian sendu’.Tragedi pada awalnya dikenal dalam seni drama Yunani yang menceritakan peristiwa kemanusiaan yang berkaitan dengan masalah moral, arti eksistensi manusia, hubungan sesama manusia, dan hubungan manusia dengan dewadewanya.

Tragedi dalam manifestasi seni menghadirkan keindahan dan kesenangan yang mengandung potensi sebagai sakit dan trauma. Deleuze menjelaskan bahwa Nietzsche memahami tragedi sebagai dialektika yang menghubungkan sesuatu yang negatif,penentangan,dan kontradiksi tentang penderitaan dan kehidupan manusia.

Konsep tragedi dalam pemikiran Nietzsche didasarkan pada dua kekuatan besar dalam mitologi Yunani yang disebut sebagai ”dionysian” (kegairahan) dan ”apollonian” (kelemahan). Pemahaman Nietzsche itu menunjukkan bahwa ada orientasi yang mengantarkan manusia pada kondisi kuat (positif) atau lemah (negatif) dalam menghadapi dan menyelesaikan persoalanpersoalan hidup.

Tragedi adalah suatu pengalaman interaktif, mistis, dan menyatukan yang memberikan jalan keluar terapatis bagi orang yang peka terhadap penderitaan dan ketidakpastian hidup sehari-hari. Nietzsche menyebutkan bahwa tragedi Yunani dalam bentuknya yang paling tua dominan mengungkapkan penderitaanpenderitaan.

Wacana tragedi itu patut menjadi acuan dalam pembacaan dan penilaian puisi-puisi Joko Pinurbo yang merepresentasikan tragedi dalam kisah-kisah hidup manusia. Puisi Doa Sebelum Mandi adalah puisi getir. Puisi ini dibuka dengan doa yang memelas bahwa tokoh ”saya”takut mandi. Mandi sebagai peristiwa membersihkan tubuh (diri) dipahami sebagai peristiwa yang mengandung ketakutan untuk dilucuti.

Ketakutan itu hendak menolak fakta tubuh menjadi telanjang tanpa apa-apa.Tubuh menjadi representasi diri manusia yang merasa malu atau takut pada dirinya sendiri ketika telanjang.Ketakutan yang berasal dari tubuh lantas tumbuh sebagai ketakutan pikiran dan perasaan.Ketakutan terhadap tubuh sendiri mengartikan ada persoalan yang terkandung dalam pemaknaan diri melalui tubuh.

Ketakutan itu ternyatakan dalam kalimat, ”Saya takut dilucuti.Saya takut pada tubuh saya sendiri.” Tubuh itu mengandung aib yang bakal terbuka ketika mandi.Aib adalah suatu keburukan yang susah atau tidak pantas untuk dikabarkan pada orang lain. Aib mesti terkubur dan sembunyi dalam tubuh untuk pengertian diri sendiri.Hal itu disadari tokoh ”saya” yang merasa aib itu mungkin menjadi tragedi dalam prosesi mandi.

Aib akan terbuka dan bicara segala sesuatu yang mengandung kekuatan menghajar dan membunuh diri.Tokoh ”saya”menjadi takut untuk mandi karena dalam mandi akan hadir ”mayat”.Mayat itu adalah kematian orang-orang karena pembunuhan yang dilakukan tokoh ”saya” untuk melunaskan diri sebagai ”orang miskin celaka”.Pembunuhan itu terjadi untuk hidup dalam pengertian ekonomis.

Pembunuhan menjadi pekerjaan yang paling mungkin karena ”kerja saya adalah mencari pekerjaan”. Hidup sebagai orang miskin adalah tragedi.Pembunuhan untuk mempertahankan hidup adalah tragedi. Tubuh dengan memori kematian adalah tragedi. Aib diri adalah tragedi. Mandi mungkin menjadi laku pembersihan diri yang mengingatkan dan menyadarkan diri untuk berani mengafirmasi dan menegasi tragedi. Puisi Kepada Uang adalah puisi yang mengisahkan pergulatan manusia dengan uang untuk bisa hidup.

Puisi ini memosisikan manusia di hadapan uang dengan pelbagai permintaan dan keinginan.Manusia dipandang sebagai subjek yang memiliki ketergantungan pada uang. Uang menempati posisi yang penting dan menentukan hidup seseorang. Uang menjadi persoalan yang sudah dihadapi manusia sejak sekian abad yang lalu sampai saat sekarang. Uang pada akhirnya dipahami sebagai persoalan ekonomi, politik, sosial, agama, filsafat, hukum, dan kebudayaan.

Puisi ini diawali dengan suatu permintaan, ”Uang, berilah aku rumah yang murah saja.” Permintaan ini mengisyaratkan bahwa uang dianggap penting untuk merealisasikan keinginan-keinginan manusia.Uang,yang semula dipahami sebagai alat tukar, berubah sebagai penentu hidup dan mati manusia. Permintaan pada uang menjelaskan posisi manusia yang lemah di hadapan uang.

Uang memiliki kekuatan untuk memengaruhi dan menentukan nasib manusia. Uang adalah kuasa. Keinginan memiliki rumah mesti tertangguhkan karena kemiskinan. Keinginan dan kemiskinan adalah pertentangan yang susah didamaikan. Keinginan itu ide dan kemiskinan itu realita. Kemiskinan menjadi tragedi ketika keinginan tak mungkin direalisasikan.

Orang miskin merasa mimpi bisa menjadi ekspresi yang masih mungkin diciptakan meski berlawanan dengan realitasnya. Keinginan memiliki rumah ditangguhkan, ”Sabar ya, aku harus menabung dulu.” Penangguhan itu merepresentasikan kondisi hidup yang tragis.Menabung tidak berarti menyimpan uang sebagai dana cadangan atau kelebihan dari pengeluaran. Menabung memiliki arti yang memprihatinkan.Menabung adalah menyimpan atau menahan rasa lapar.

Menabung adalah menyimpan mimpi-mimpi yang diciptakan. Orang miskin membutuhkan mimpi sebagai ikhtiar menyelamatkan diri atau menghibur diri dari penderitaan.Mimpi itu terpusat pada uang. Puisi-puisi Joko Pinurbo adalah kisah-kisah tragedi yang terkadang melahirkan senyum kecil (humor), tapi pahit. Tokoh-tokoh manusia dalam puisi-puisi Joko Pinurbo menjadi representasi kegagalan manusia untuk menghadapi dan menyelesaikan soal-soal hidup. Tragedi-tragedi itu pertanyaan atau jawaban?

Bandung Mawardi
Kritikus sastra dan peneliti pada Kabut Institut, Solo