Selamat Datang!

Mencobalah untuk lebih dekat! Agar semua rasa bisa dilebur, demi meringankan jiwa yang sedang kalut!

Carilah Sesuatu Yang Hilang Itu

Google

22 Juni 2008

Ketua RT

Oleh: Arif B. Kun

Meski sudah malam mata Pak RT belum terpejam juga. Tubuhnya telentang di dipan sambil mulutnya komat-kamit zikir. Hatinya berzikir. Sesekali matanya terpejam. Bu RT masih di sajadah salat tahajud di samping dipan. Seusai salat Bu RT menengok suaminya.

”Pak, mbok sare...sudah malam.”
”Belum ngantuk Bu.”
”Ahh...panjenengan diaturi, ora tau nggatekke... nanti kalau tensinya naik lagi seperti kemarin, Bapak bingung.”
”Kalau Ibu sudah ngantuk, sana nemani anak-anak.”
”Ah...Pak...Pak...” Bu RT melipat sajadah dan mukena. ”Kalau Bapak belum ngantuk ya sudah tak temani,” Pak RT menggeser tubuhnya memberi tempat pada isterinya.
”Ya mau bagaimana lagi ta, Bu...aku sakit ini kan karena mendapat ganjaran dari Gusti Allah.”
”Iya, Pak...tapi kok begitu lama, aku perhatikan Bapak makin kurus...”
”Bu, Ibu pasti ingat, Gusti Allah memberi ganjaran itu bisa berupa hal yang menyenangkan, bisa juga hal yang tidak menyenangkan, maka harus diterima dengan ikhlas dan sabar.”
”Kalau saja Bapak dulu tidak jadi ketua RT, mungkin Bapak tidak akan sakit seperti ini.”
”Kenapa Ibu bisa bilang begitu...?”
”Aku dengar Bapak sakit ini karena ada orang yang tidak senang, Bapak sakit karena dibuat orang.”
”Bu..! kenapa Ibu percaya hal seperti itu?”
”Kemarin De Wongso bilang...”
”Ahh sudahlah, Bu, Ibu tidak perlu menghubungkan sakitku ini dengan jabatanku sebagai ketua RT.”
*****
Dul Prengus duduk diam di ruang tamu Pak RW. Bentuk tubuhnya yang pendek membuat dia seolah-olah tenggelam di sofa besar dan tebal. Sebenarnya namanya Dulsani, yang dipanggil Dul. Tambahan Prengus di belakang karena bau badannya yang prengus. Karakternya kalau bicara tak mau kalah dan suaranya keras. Ditambah lagi Dul Prengus pintar membolak-balikkan fakta.
Pak RW tiba-tiba muncul. Dul Prengus pura-pura kaget dan menyalami.
”Apa kabar, Pak RW...?”
”Baik.”
”Saya juga baik-baik saja, Pak RW. Saya doakan Pak RW selalu sehat, sehingga bisa menjadi RW di lingkungan sini untuk selama-lamanya.”
Kedua orang itu duduk berhadapan. Dul Prengus bicara panjang lebar.
”Pak RW sudah dengar belum?”
”Apa?”
”Weehh...ini pasti sangat menarik, Pak RW...”
”Ya..ya...aku percaya. Informasi ini mengenai apa?”
”Kekacauan, Pak RW! Ya, kekacauan!”
”Maksudmu?”
”Kerumahtanggaan RT 02 sekarang ini kacau!”
”Mbok bicaramu yang agak jelas, Dul.”
”Iya, Pak RW...Pak RW kan belum tahu bahwa program-program di RT 02 tidak bisa berjalan...macet...urusan ke-RT-an terbengkalai...ada warga minta surat pengantar untuk cari KTP tidak terlayani dan masih banyak lagi urusan yang mengecewakan warga.”
”Kenapa bisa begitu?”
”Ya...karena ketua RT-nya sakit. Bahkan, Pak RW..sekarang ini suhu politik di RT 02 mulai memanas.”
”Maksudmu?”
”Iya...segenap warga RT 02 mulai kasak-kusuk, mereka tidak puas dengan kepemimpinan ketua RT.”
”Jadi warga memberontak?”
”Begitulah Pak RW. Sebab selama jadi ketua RT banyak warga yang dikecewakan, bahkan saya dengar ketua RT sering menarik iuran ke warga dengan alasan yang tidak jelas.”
”Wah...wah...wah..ini sudah keterlaluan. Terus maunya warga bagaimana?”
”Ya bagaimana lagi, kalau ketua RT-nya tidak becus, bagaimana lagi.”
”Hmm...ya..ya.”
”Pak RW sudah dengar belum?”
”Mengenai apa?”
”Sekarang ini, sakitnya ketua RT makin parah, saya dengar juga dia sudah membuat wasiat membagi-bagikan hartanya pada anak-anaknya, menurut kepercayaan orangtua, kalau ada orang sakit terus memberi wasiat seperti itu pertanda umurnya tidak panjang lagi, Pak RW...”
”Benar, Dul...benar, aku juga percaya hal itu.”
”Pak RW pasti juga belum dengar, kalau ketua RT dua hari yang lalu opname di rumah sakit....”
”Iya...iya..kalau begitu jabatan ketua RT harus segera...”
”Cocok, Pak RW...! Sebab kalau Pak RW tidak segera bertindak, warga RT 02 makin resah.”
*****
Ketua RT 02 pulang dari rumah sakit setelah opname beberapa lama. Matanya mengamati sekeliling rumah mencari sesuatu. Dia merasa ada yang hilang. Sesuatu yang selama ini dijaga karena merupakan amanat warganya.
Bersamaan dengan itu dari arah timur beberapa warga RT 02 berjalan menuju rumah Pak RT. Dari gerak langkahnya tampaknya mereka terburu-buru. Orang yang berjalan paling depan tidak lain Dul Prengus. Ketua RT heran penuh tanda tanya. Dul Prengus mendekat menyalami.
”Wah....Pak RT sudah pulang rupanya.”
”Alhamdulillah berkat doa kamu juga Dul dan warga sini aku sudah sembuh.”
”Wah syukurlah. Begini, Pak RT, saya mengajak beberapa warga untuk menyongsong kepulangan Pak RT dari rumah sakit.”
”Terima kasih, Dul...”
”Selain itu, saya juga dititipi pesan oleh Pak RW untuk Pak RT.”
”Pesan apa ya, Dul?”
”Emmm.. begini, mulai hari Senin kemarin oleh Pak RW, Pak RT dinonaktifkan dari jabatan Ketua RT 02.”
”Oh...begitu...,” Ketua RT hanya diam sedikit terkejut.
”Pesan dari Pak RW yang lain, saya harus memberitahu Pak RT bahwa sebagai penggantinya saya. Benar begitu khan Bapak-bapak?!”
”Syukurlah, Dul.”
”Oleh karena saya sudah dilantik menjadi ketua RT, maka papan tulisan Ketua RT 02 di tembok teras itu saya lepas dan sekarang saya pasang di rumah saya.”
Orang-orang tersenyum. Entah apa yang ada di pikiran mereka.
Satu bulan Dul Prengus menjabat Ketua RT 02. Menginjak bulan kedua suasana di RT 02 mulai keruh. Warga mulai kasak-kusuk. Pembuat suasana keruh itu tidak lain Dul Prengus. Sebagai Ketua RT Dul Prengus bertindak semaunya sendiri. Warga RT 02 mendesak Pak RW untuk mengganti Dul Prengus.
”Dul....sebenarnya aku senang padamu.”
”Ahh, sungguh, Pak RW?”
”Ya...tapi dengar, Dul! Kepercayaanku itu telah kamu salahgunakan! Aku banyak menerima laporan dari warga RT 02 dan juga warga RT yang lain, dan laporan itu benar-benar valid.”
Dul Prengus makin terdiam. Tubuhnya berkeringat. Pandangannya tertunduk tak berani menatap Pak RW.
”Kamu sudah dengar, Dul?”
”Me...me...mengenai..a...a...apa, Pak RW?”
”Bahwa ternyata kamu ini pembohong besar! Termasuk informasi mengenai Pak Somad, mantan Ketua RT 02. Kamu tukang fitnah! Kamu pernah dengar, Dul. Ada pepatah, serigala berbulu domba...nah kamu bukan itu, tapi kamu serigala tidak berbulu...”
Beberapa hari setelah dicopot dari jabatan Ketua RT 02 Dul Prengus tidak pernah kelihatan. Demikian juga pintu rumahnya selalu tertutup. Menurut kabar rumahnya telah dijual. Berita terakhir yang terdengar Dul Prengus meninggal karena tertabrak truk ketika menyeberang jalan.

(DIMUAT DI SOLO POS 22 JUNI 2008)

Tidak ada komentar: