Selamat Datang!

Mencobalah untuk lebih dekat! Agar semua rasa bisa dilebur, demi meringankan jiwa yang sedang kalut!

Carilah Sesuatu Yang Hilang Itu

Google

21 April 2008

Firasat

Cerpen Eka Dewi WJ

Sudah beberapa hari ini aku dilanda keresahan luar biasa. Tanpa ada sebabnya, perasaanku selalu gundah, tidak tenang, campur aduk yang ada di dadaku.
Mimpi-mimpi buruk selalu mengganggu tidurku, sehingga aku jadi sering bangun di malam hari dan susah untuk melanjutkan tidur lagi. Akhirnya bangunku selalu siang dan selalu terburu-buru menyiapkan sarapan pagi buat suami dan dua orang anak-anakku. Untung saja mereka tidak protes kalau aku hanya masak seadanya. Mereka paling cuma tanya, ”Kok Simbok sekarang bangunnya telat terus, lagi mikir apa ta?”
Jelas mereka heran dan bertanya-tanya, lha wong dulu aku gak kayak begini. Dulu sebelum ayam berkokok aku sudah bangun, masak sarapan buat mereka. Karena memang aku tidak suka diburu waktu. Aku lebih senang mengerjakan segala sesuatu tanpa dibebani waktu, bisa lebih dinikmati.

Padahal jarang orang seperti kami bisa menikmati waktu. Kebanyakan orang miskin seperti kami diburu waktu untuk mencari duit untuk memenuhi tuntutan hidup. Memang kami harus banyak bersyukur atas segala nikmat yang telah dan akan diberikan Tuhan.
Memang benar kami ini bukan orang punya. Suamiku cuma tukang becak, dan aku pun hanya buruh cuci. Tapi, alhamdulillah penghasilan kami lumayan cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan menyekolahkan dua orang anak kami, Syaiful dan Aisyah. Bahkan kami masih sempat menabung buat jaga-jaga kalau mereka nanti melanjutkan ke bangku kuliah. Meskipun bukan orang berpunya, kami juga ingin nanti anak-anak kami jadi orang berguna yang dapat mengangkat derajat sosial kami.

Selama ini aku cukup bahagia dan tenteram dengan kehidupan kami. Tapi benar-benar akhir-akhir ini aku sering mendapat firasat buruk yang gak tau datangnya dari mana. Selain mimpi-mimpi buruk, kadang tanganku tiba-tiba gemetar dan selalu menjatuhkan barang yang ada di tanganku sampai pecah. Belum lagi aku sering kejatuhan cicak. Benar-benar mengganggu pikiran dan perasaan juga dilanda was-was yang gak beralasan. Aku pun jadi sering melamun, mencoba memikirkan ada pertanda apa, sehingga Tuhan memberikan kegelisaan kepadaku.

Suatu malam, ”Bune, sampeyan ki sebenarnya kenapa? Ada apa ta? Aku perhatikan akhir-akhir ini kok sering bengong, nglamun, persis seperti orang linglung, mikir apa ta?” tanya suamiku ketika kami hendak tidur.

”Ora ana apa-apa kok Pak, cuma aku lagi punya firasat buruk,” jawabku sekenanya.
”Firasat buruk apa?” suamiku penasaran.

Lalu kuceritakan semua yang aku rasakan akhir-akhir ini, kegelisahanku, kekhawatiranku, dan firasat buruk yang sedang menyelimutiku.

”Ya wis Bu, gak usah terlalu dipikirin, banyak-banyak doa saja, semoga tidak terjadi sesuatu yang buruk kepada kita, sudah sekarang sampeyan tidur, capek ta, seharian nyuci nyetrika, besok kan harus bangun pagi,” seperti biasa suamiku dengan lembut selalu berusaha menenangkanku.

Tapi memang malam ini firasat itu semakin kuat mencengkeram perasaanku, Astaghfirullah hal adziim..., ucapku dalam hati, berharap segala firasat buruk itu segera pergi.

Kulihat suamiku sudah pulang, tidak seperti biasa baru jam sepuluh sudah selesai narik. Semakin perasaanku dicekat penasaran yang berlebihan saat melihat kegundahan yang bergelayut di wajah suamiku, ”Ya Allah ada apa ini,” ucapku dalam hati.

”Bune aku punya berita buruk,” kata suamiku dengan terbata-bata sambil menatapku tajam.

”Mulai besok kita gak punya rumah lagi, besok rumah kita akan dieksekusi,” lanjutnya sambil menitikkan air mata penyesalan.

Duh...Gusti rupanya ini semua jawaban pertanyaanku selama ini. Jawaban segala firasat burukku akhir-akhir ini. Jawaban mimpi-mimpi buruk di beberapa malam ini. Jawaban kenapa tanganku tiba-tiba gemetar. Inikah jawaban kenapa sering cicak jatuh menimpaku? Tapi apa benar jawaban ini? Mengapa rumah kami harus dieksekusi, sampai sekarang aku tidak mengerti. Yang aku mengerti rumah ini adalah warisan almarhumah orangtuaku.

Yang aku tahu kami sudah mengatasnamakan rumah ini dengan nama kami. Walaupun ternyata akhirnya lembaran kertas sertifikat rumah kami dianggap palsu, tidak sah, ilegal...kami tetap tidak mengerti dan sampai sekarang kami tetap tidak mengerti. Tapi siapa yang mau peduli dengan ketidakmengertian kami.

(Diterbitkan di Solo Pos 20 April 2008

Tidak ada komentar: