Jejak Penantian
apa yang kau rindukan
mungkinkah desah kereta
yang mengalun
yang membuat jiwamu gundah
dari sisimu
aku pun menunggu,
dekah raung kereta yang telah
terlambat pula rupanya
aku kembali berjalan
kau pun juga
mengarungi Drina hingga Gangga
menanti,
Isa, atau mesias yang lalai
turun ke bumi
KaranggoNet, Oktober 2007
Saat Cinta Terkubur Batu Lawanga
saat ini
ketika musim tidak akan pernah berganti
daun-daun mawar telah berguguran di
depan melati
aku, tidak sempat mengutarakan
maksudmu, yang mendesah panjang di tepian
jurang,
ketika aku menyebut, “cinta”
atau, apakah cinta menggadaikan diri
untuk dosa-dosa
dan Lawanga
mengubur kau bersama dengan mayat-
mayat yang tersenyum kaku
KaranggoNet, Oktober 2007
*Lawanga; daerah di Poso
Genjer-Genjer
;untuk terulang kalinya
dalam ketakutan yang juga belum sirna
dekapan eratmu di jantungku
menyendat aliran deras
tahta kidung yang kugambarkan
jerit nafas tubuh
menggila,
disusuri alunan yang dikira
iblis sedang merayu—mendayu
“kidungku tak terlukiskan, Jer”
takut selimuti genderang perang
dan aku sendiri, disekap jeruji
pelog dan slendro
F.25, November 2006
Seorang itu
Namanya sepi,
Aku—kita berjalan
Bertiga
Gedung-gedung kusam
Sudah lama mereka mencongkel matanya sendiri
Tidak sanggup (lagi) meratapi
Debu dan asap berkepulan
Rumah Cinta-Padang, Desember 2006
Jika Kuntum Tak Lagi Mekar (II)
cikal di tepi terjal
belum lagi akan kembang dan mekar
angin sayup gusar
menggoyangoyangkan kuncup
cikal di tepi terjal
belum juga akan kembang dan mekar
bebunga sayup
meneruka ke dalam hati batu
masih menunggu
kapan saatnya akan kembang dan mekar
hanya bebatu deras berhujan
yang turun
kuntum tak lagi datang
leladang2, 22 Mei 2007
Jika Kuntum Tak Lagi Mekar (VIII)
di sini, telah kutanam kata per-kata
agar kelak tumbuh, dan berbunga
bersemi indah
leladang8, Desember 2007
Sayyid Madany Syani, mahasiswa Sastra Indonesia Universitas Andalas Padang
(DIMUAT DI HARIAN SINGGALANG 12 OKTOBER 2008)
12 Oktober 2008
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar