19 Oktober 2008
Subuh Permai di Sebuah Danau dengan Riak Menerpa-nerpa Ujung Keramba
;Esha Tegar Putra
siapa yang menangis?
ketika subuh yang permai diawali oleh dedaunan mawar
berjatuhan dalam lindap pertemuan
eden! aku cuma tangisan yang tergenang
di subuh permai itu. membentuk laguna dengan sepotong
cinta yang padam dalam wajah bujang sambilan
wajah yang begitu gaib
merupa sepasukan langit yang kau impikan
cinta yang pernah menuai marah Tuhan
sementara garis tangan ibu adalah wajahku yang lelah
lelah menunggu ayah, lelah menunggu sang kekasih
yang bersembunyi dalam kelenaan jala
tak perlulah kau tampung air hujan untuk melepas lelahku
sebab keriangan danau ini telah menyatu dalam kalbuku
tak perlu juga kau nyanyikan setakat doa
sebab pesisir yang mengguncang air asin dengan telaga
telah mengobati rasa perihku
biar subuh yang permai ini tergelincir di ujung keramba nenekku
dan aku tetap menjadi sebuah bayang
mungkin berebut maut dengan bunian
yang menghuni leladang durian di belakang rumah kakekku
Rumah Cinta, Oktober 2008
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar