Selamat Datang!

Mencobalah untuk lebih dekat! Agar semua rasa bisa dilebur, demi meringankan jiwa yang sedang kalut!

Carilah Sesuatu Yang Hilang Itu

Google

01 Mei 2008

Sajak-sajak Wati Istanti

Kau lukis wajahmu dengan gincu

Kau telah lukis wajah lugumu dengan semburat warna yang kau buat dari sisa-sisa gincu tadi malam
Kau pulang dengan jalan bergeloyor, tatapan kosong, serta bau parfum yang beragam yang sangat menyengat hidung.
Gincumu masih sangat jelas terlukis di bibir mungilmu,
sahabat.
Namun aroma tubuhmu telah memberi isyarat.
Petualanganmu dengan para penjajah itu sangat memilukan

Kau masih melukis wajah lugumu dengan gincu
merah merona,
Sebagai pertanda akan ada petualangan lagi
di tempat kita pernah berbagi
Namun kau masih belum berubah
Ketika tuntutan sesuap nasi telah mengabdikanmu
Di lembah yang akan kau tentukan sendiri,
siapa sasaran petualangmu;
Sedang aku kini telah meratapi hidup di bawah atap
Tak bisa ke mana tak bisa lagi kita bersama
Namun aku masih ingat,
Ketika aku berada dalam tangan besi itu,
gincu kesayanganmu
Masih kugenggam dengan erat,
Masih kuselipkan di saku celana jeansku.

Kau masih melukis wajah lugumu dengan gincu yang berbeda
Karena dirimu kini, telah temukan sahabat pengganti

Solo, 5 Maret 2008


Sajak proklamir seorang guru

Aku memang tidak seberuntung para konglomerat
yang dapat mandi SPA tiap harinya,
aku selalu berjejal memperebutkan gaji di awal bulan untuk hidup selama satu bulan. Tidak cukup
terkadang jauh dari harapan mencapai level pegawai negeri

Aku memang tidak seberuntung para anggota DPR/MPR
yang tinggal absen, tidur mengikuti sidang,
tanda tangan. Dapat gaji
Aku hanya seorang pejuang kecil yang hanya sedikit
memberi andil
mencerdaskan anak bangsa. Itupun tak seberapa
Penghargaan tak pernah mampir
Tertuju padaku. Tak heran,
dan tak terlalu berharap penuh

Aku memang tak seberuntung seperti para pejabat lain
Aku hanya guru kontrak, guru tidak tetap.
Tapi aku punya hati. Punya suara
Ijinkan aku sedikit meneguk harapan untuk menatap
jauh ke depan.
Aku memang tidak seberuntung apa yang kami lihat,
tapi aku bersyukur...jiwa-jiwa ini masih mengisi di raga yang hampir tak pernah terbersit untuk bermimpi lebih.

Solo Baru, 10 Maret 2008 - *) Wati Istanti SPd, Guru Bahasa Indonesia di Singapore Piaget Academy Solo Raya. Saat ini sedang menyelesaikan studi di Pendidikan Bahasa Indonesia.

(SOLO POS, 27 April 2008)

Tidak ada komentar: