Selamat Datang!

Mencobalah untuk lebih dekat! Agar semua rasa bisa dilebur, demi meringankan jiwa yang sedang kalut!

Carilah Sesuatu Yang Hilang Itu

Google

26 Desember 2007

Tiada Hari Tanpa Menulis

"Anak muda! Menulislah!
Jangan pernah takut tidak dibaca
atau dibuang orang.
Yang penting tulis, tulis, dan tulis!
Suatu saat pasti akan ada yang membaca
dan (bahkan) menerbitkannya!"


(Pramoedya Ananta Toer/Menjelang kematiannya.)

Prolog

Asyik surfing di media maya. Kadang saya merasa terjebak ke dalam dimensi yang mengurung dan menjadikan diri saya enggan untuk balik ke dimensi yang seharusnya. Ya, akses internet sudah jadi sebuah hobi semenjak tahun 2005 (tahun pertama saya mengenal dunia kampus--dunia kuliah--dunia sastra--dunia kepenulisan).

Antara kampus--kuliah--sastra--serta kepenulisan menjadi dunia yang beruntun saya geluti. Maklumlah, saya menimba ilmu di Sastra Indonesia Universitas Andalas Padang. Mungkin tidak seperti anak eksakta yang kesehariannya nongkrong di perpustakaan kampus--cari jawaban dari tugas yang diberikan dosen, bidang ilmu sayalah--Humaniora yang mengharuskan saya untuk jeli melihat perkembangan seni, budaya dan sastra. Saya lebih memfokuskan diri melihat perkembangan itu semua lewat media maya.

Inilah Ceritanya

Suatu ketika saat asyik melakukan pencarian di Search Engine tentang sastra, budaya dan seni, terlintas di otak saya satu kata yaitu menulis. Saya pikir, tidak ada salahnya untuk mencari informasi kepenulisan. Akhirnya, melalui Search Engine itu, saya menemukan pengertian dari menulis yang tercantum pada Wikipedia Indonesia;

"Menulis adalah suatu kegiatan untuk menciptakan suatu catatan atau informasi pada suatu media dengan menggunakan aksara."

Memang tidak begitu jelas runtutan pengertian di atas. Tapi saya tidak ambil pusing dengan pengertian itu. "Ah, tidak penting..." begitu yang terlintas di pikiran saya. Setelah itu, saya pun "mengacak-ngacak" Search Engine tersebut. Saya menemukan beberapa blog yang memuat tips-tips menulis. Juga yang menggelar Sekolah Menulis Online--salah satunya adalah BelajarMenulis.com

Tertarik?

Ya, jujur memang agak tertarik. Dan, ini adalah terobosan yang boleh dibilang baru--sekolah online. Biasanya, yang namanya sekolah atau kursus atau apalah namanya itu adalah konsep tatap muka. Sebenarnya yang mana yang bagus?

Ah, saya tidak bisa menghakimi kalau metode online kurang bagus (Setiap metode pasti ada positif dan negatifnya:) Dulu saat belajar nulis, saya dibimbing langsung oleh senior-senior di kampus. Metodenya cukup sederhana, "ada tulisan diskusikan". Begitu setiap saat. Kapan pun, dan bisa dilakukan di sela-sela jam perkuliahan. Sharing tulisan secara langsung (saya akui agak sakit hati:) tetapi lega sebab pengoreksiannya secara komunal dan "mengena" (disinilah saya belajar dikritik dan mengkritik).

Namun metode online tidak salahnya dicoba. Perkembangan teknologi yang menggurita saat ini cocok untuk dilaksanakannya sekolah online. Saya kembali berpikir, bahwa "online" sepertinya sudah menjadi kebutuhan--kalaupun tidak dikatakan primer, sekunderlah.

Belajar Menulis


Permulaan tulisan ini adalah pesan dari Pram sebelum meninggal (Saya kutip dari postingan seorang kawan di millist Sastra-Pembebasan). Hal ini menegaskan bahwa tidak ada alasan bagi orang muda dan orang Indonesia untuk bilang bahwa: "Saya tidak bisa menulis!" Banyak cara untuk bisa menulis, apalagi kegiatan ini sudah dilakukan semenjak Sekolah Dasar.

Tentang hal ini, saya sedikit heran dengan ambisi orang muda (kaum aktivis) yang sekarang (mungkin) malas menulis (atau apa cuma terjadi di daerah saya saja ya?)


BelajarMenulis.com



Ah, ya saya sedikit tergelitik ketika mengutak-atik Sekolah untuk Belajar Menulis ini. Ada halaman khusus tentang "Bisnis untuk Penulis" yang merupakan Internet Marketing. Halan in menuju ke situs baru yang berhubungan dengan situs PenulisLepas.com. Hmmm, saya tidak bisa bilang bahwa hal itu tidak perlu sebab siapa pun punya hak untuk menjadikan hidupnya bebas finansial. Tetapi, apa perlu dikhususkan tempatnya?

Saya rasa, cukuplah diletakkan pada link dan untuk bisnis tersebut saya usulkan agar punya situs atau web tersendiri. Jadi tidak terkesan "numpang" dan "aji mumpung" :) Dan saya lihat di links sudah tertera bisnis yang herannya serupa semua mengarah ke AsianBrain. (Ada apakah gerangan?)

Kenapa saya berpikiran seperti itu? ("numpang" dan "aji mumpung") Saya melihat BelajarMenulis.com tujuannya benar-benar untuk media belajar, pengasah kreativitas menulis entah fiksi, semi ilmiah maupun ilmiah sekalipun. Dan jikalau Belajar Menulis menerapkan sistem belajarnya dengan sistem berbayar hal itu bisa diterima asalkan sebatas pembiayaan blog, honor pengajar, maupun honor pengelola blog. Tetapi kalau sampai bertujuan untuk mengeruk keuntungan seperti konsep bisnis Kapitalis... saya pikir penulis-penulis yang dihasilkan oleh Sekolah Belajar Menulis pun akan berpikiran "huruf" Kapital.

Pemikiran Kapital ini yang patut diwaspadai oleh BelajarMenulis.com, (sekali lagi, saya tidak menghakimi pengelola BelajarMenulis ataupun AsianBrain hanya memberi masukan, sebab Kapitalisme sudah terbukti menyesatkan dan merugikan sebagian kelompok yang dinamakan kelompok miskin atau kelompok marjinal).

Dan, saya pikir jika BelajarMenulis.com memang berusaha mengeruk keuntungan dari Sekolah Online ini, maka konsep kepenulisan yang diterapkan harus kembali dipertanyakan.


Epilog


Kembali saya menghaturkan perasaan maaf jika ada yang tersinggung oleh tulisan "prematur" ini. Saya hanya berharap jika memang BelajarMenulis.com ataupun sekolah/kursus memang berniat membantu mengasah kreativitas, maka seharusnya hal itu adalah hal yang murah bahkan "gratis". Ya, walaupun jika dipaksakan untuk gratis, nantinya akan negatif juga dan ujung-ujungnya Sekolah ini pun tutup.

Menulis merupakan hal yang mengasyikkan. Sebagian penulis ternama bahkan menjadikannya sebagai profesi. Saya mengenalnya beberapa seperti Ragdi F Daye, Iggoy El Fitra, Gus Tf Sakai, Iyut Fitra. Semuanya adalah penulis dari Minang. Terutama Gus Tf (saya biasa memanggilnya Bang Gus)ia selalu men-support para penulis muda seperti saya agar berkompetisi menaklukkan media massa. Juga bang Ade (panggilan saya terhadap Ragdi F Daye) dia adalah pengkritik tajam setiap tulisan saya. Mereka tidak pernah menganggap rugi ketika proses kreatifnya dibagi-bagi kepada penulis pemula.

Untuk itu, kepada BelajarMenulis.com jadilah Sekolah yang terkenal akan kualitas dan eksistensi pengajarnya dalam menulis. Saya mungkin tidak berharap jika BelajarMenulis nantinya terkenal akan biayanya yang "super" dan tidak terjangkau oleh orang muda (mahasiswa) seperti saya. (Jangankan bayar biaya Sekolah Online, bayar SPP saja susahnya minta ampun, utang dimana-mana, makan pun susah). Saya jadi ingat lagunya orkes Pemuda Harapan Bangsa (PHB) yang judulnya "Mahasiswa Rantau";

"Mahasiswa rantau, makan tak teratur..."

Semoga Sekolah Belajar Menulis (SBM) bisa memperlihatkan eksistensinya.

Salam

Padang, 26 Desember 2007

Tidak ada komentar: