Selamat Datang!

Mencobalah untuk lebih dekat! Agar semua rasa bisa dilebur, demi meringankan jiwa yang sedang kalut!

Carilah Sesuatu Yang Hilang Itu

Google

26 November 2007

Sajak Puncak Marapi



Sajak Sayyid Madany Syani

pesanggrahan

mulai jejak pasang
ditemani gemericik embun
yang turun dan singgah
membelai halus pori-pori kulit

"mari, kuantar hingga decak mentari pagi
membasuh wajah dengan berseri"

begitu ucap embun yang senyum
menitikkan sejuta kesegaran dan dingin

akar

sementara itu, puncak Marapi
telah tersenyum halus
dalam gelap yang bercucuran

dedaun hijau tersibak ke tepi
jejurang pun semakin menemani langkah
dingin mencerabuti hawa panas dari badan

digantikan kabut tebal
yang menutupi bulan sepenuh kepal
namun langkah belum akan mati

"hanya sejenak istirah"
lalu bergegas kembali, mengejar senyum fajar
di titik tertinggi

lumut

oh, semakin berlarian waktu
meninggalkan jejak hijau dedaun
digantian tumbuhan paku
yang penuh di sesisian jalan setapak

tanah coklat berganti dengan kelicinan lumut
sesekali hampir terperosok ke dalam jurang
namun, nasib baik masih berpihak

masih dalam gelap
cucuran keringat yang berubah seketika menjadi es
membekukan badan hingga pori-pori jaket

"ah, bisakah beristirahat sebentar!"

pada waktu ini, harus bijak mengambil keputusan
istirahat, atau terus berjalan
supaya dapat mengejar senyum fajar
yang sebentar lagi merekah

cadas
hawa dingin semakin menggigit
puncak Singgalang sudah disiram cahaya kekuning-kuningan
juga puncak Tandikek, mencerai-beraikan kabut
yang bersatu membentuk benteng

tambah ke atas
dedaun hijau semakin sedikit
digantikan bebatuan terjal
yang tajam menusuk mata

kemah didirikan di atas tanah miring
"harus cepat, sebelum senyum fajar habis!"
dan berkejaranlah menuju titik tertinggi
garis kawah, puncak Merpati, lapangan pasir vulkanis

"ah, indahnya senyum fajar di pagi ini"
udara segar bercampur dingin dan belerang
membelai hidung, tenggorokan dan paru-paru

edelwis
belum tuntas perjalanan
dari tugu Abel, masih berniat memetik bunga abadi
edelwis, dengan sejuta pesona
menyiratkan sejuta kemenangan

belerang masih muntah dari mulut kawah
terus berjalan beriringan menuju taman abadi

"petik, petik dan terus petik"

kesunyian pula yang memadamkan niatku untuk memetik edelwis
"jika kupetik, siapa lagi yang akan menemani puncak ini"
kekosongan yang lain

sampai turun, aku masih merindukan suasana yang tenang itu
suasana di puncak sana
tempat aku melihat fajar kembali tersenyum saat berada di Barat

ditulis sehari setelah perjalanan menaklukkan puncak Marapi.

26 November 2007

Tidak ada komentar: