Selamat Datang!

Mencobalah untuk lebih dekat! Agar semua rasa bisa dilebur, demi meringankan jiwa yang sedang kalut!

Carilah Sesuatu Yang Hilang Itu

Google

17 November 2007

Eksistensi Komunitas Kebudayaan

Kebudayaan merupakan suatu kelaziman bahkan kelayakan dalam siklus kehidupan manusia. Seiring dengan bergantinya generasi, maka kebudayaan pun serupa itu. Berganti terus–bergerak tidak stagnan pada satu titik dan tentu saja tidak monoton.

Itulah, sekelumit pemikiran yang dituangkan oleh Afrizal Malna tanggal 12 November 2007 di Taman Budaya Padang Sumatra Barat. Komunitas kebudayaan merupakan “pagar budaya” yang mengarahkan kemana arah budaya.

Namun sayangnya, komunitas kebudayaan dewasa ini seperti orang-orang “pengecut”, tidak mau ambil resiko yang signifikan jika hal tersebut akan menguras tenaga dan kocek mereka. Lebih lanjut, Afrizal mengatakan bahwa komunitas budaya sekarang berbeda dengan kerja komunitas budaya sebelumnya di era 90-an. Komunitas budaya era 90-an, dipacu oleh pemerintahan represif sehingga memunculkan ide-ide kreatif yang janggal dirasa oleh para komunitas budaya era sekarang.

Permasalahannya ada pada diri pekerja seni tersebut. Mereka terlalu terbuai dengan kejayaan masa lalu, sehingga ketika terbentur oleh suatu permasalahan tertentu (kebanyakan masalah internal) mereka pun “mati”, hilang–raib.

Kebiasaan membaca pun menjadi tolak ukur penting dalam membangung eksistensi komunitas. Dan tentu saja bisa ditebak, pekerja seni sekarang tidak ada waktu untuk membaca (bahkan untuk koran minggu sekalipun), karena dikejar deadline, sibuk mengurusi pertunjukan ini-itu.

Dengan kata lain, eksistensi komunitas kebudayaan di Indonesia tidaklah sehebat yang didengungkan. Bagaimana caranya mau melawan Malaysia dengan propaganda kebudayaan, toh banyak yang tidak perduli dengan kebudayaan ataupun eksistensi komunitas penggeraknya itu.

Tidak ada komentar: