Selamat Datang!

Mencobalah untuk lebih dekat! Agar semua rasa bisa dilebur, demi meringankan jiwa yang sedang kalut!

Carilah Sesuatu Yang Hilang Itu

Google

14 Maret 2008

Polemik ini?

Tulisan di bawah, ditulis oleh AKmal Nasery Basral. Ia menanggapi tulisan dari Yonathan raharjo di millis Sastra Pembebasan.

yonathan yang baik,
dengan menyebutkan "saya menjadi saksi terhadap sebuah upaya KUDETA SASTRA CYBER INDONESIA", saya kira anda tidak membaca makalah saya, baik versi hardcopy atau
versi softcopy, yang saya posting di milis hari ini,

sekadar mengingatkan lima alinea awal (bukan satu, tapi LIMA ALINEA) makalah saya justru mengulas peran antologi cyberpuitika. di awal alinea kelima bahkan tertulis, "Sebagai sebuah antologi puisi, Cyberpuitika jelas menandai hadirnya sebuah tahap baru dalam perjalanan sastra Indonesia." (silakan dibaca ulang).

kenapa saya, setelah itu, tidak memberikan contoh nyata tentang karya-karya dalam antologi cyberpuitika? tentu saja karena di forum semalam ada kang cunong yang terlibat dalam cyberpuitika, mengerti sejarahnya, bahkan melakukan analisis untuk kebutuhan tesisnya.

masak saya mau "bersaing" memberikan contoh dengan kang cunong dalam hal cyberpuitika? makanya saya memilih memberikan contoh dari karya sasel lainnya,
yang mudah ditemukan contohnya di internet.

"kudeta sastra?" wah, gagah betul kesimpulan anda, yo. apakah karena saya bekerja di majalah yang punya afiliasi dengan tuk, maka saya juga "berbicara atas nama tuk"?

anda tahu saya tak pernah menolak kepercayaan untuk berbagi pengamatan tentang sastra, tentu sejauh yang saya ketahui.

diundang gola gong dan rumah dunia? oke. saya ke sana.

diundang bicara oleh bang martin aleida di pds hb jassin? nggak masalah, pernah dua kali saya di sana, dan anda juga seingat saya selalu hadir. selain tahu bahwa setiap kali bicara, saya selalu bikin makalah (sekali soal buku film ekky imanjaya yang sekarang sekolah film di amsterdam, dan sekali lagi soal novel berjuta-juta dari deli karya emil aulia.

ekky itu kawan saya dalam menulis sebuah buku tentang film yang terbit tahun 2003. tapi pada diskusi buku itu, saya nggak melihat ekky sebagai teman. yang saya lihat adalah kualitas bukunya.

emil aulia dan saya sama-sama satu kampung, bahkan ayah emil hadir waktu diskusi itu. mudah-mudahan anda juga ingat yo bahwa saya "tak mengendurkan serangan" terhadap isi buku emil saat itu. saya coba kritisi (ini kata yang salah kaprah, tapi telanjur luas
dipakai) buku emil tanpa rasa pertemanan sama sekali. waktu itu, bahkan mikael johani yang "membela" emil, dan menyerang balik argumentasi saya.

lha kok, pada dua kesempatan itu, dengan "kekejaman" saya yang luar biasa pada kedua teman, anda nggak pernah menyebut saya melakukan "KUDETA" terhadap ekky maupun (novel historis yang ingin diusung) emil?

ada apa yo?

soal kesempatan kang cunong bicara, entah anda melihat dengan jelas dari floor atau tidak, saya berkali-kali memberi kesempatan kepada kang cunong untuk lebih dulu bicara, hal yang kadang-kadang tak dimanfaatkan kang cunong sendiri.

jadi saya menduga, anda sebetulnya "gemas" mengapa kang cunong tak lebih banyak mengambil inisiatif untuk memaparkan hasil penelitiannya. kalau benar soalnya tentang ini, yang pantas menjawabnya ya kang cunong sendiri.

anda sendiri semalam juga tidak memanfaatkan kesempatan bertanya/membantah dengan baik kok. waktu diberikan kesempatan bertanya oleh anya, pertanyaan anda yang pertama adalah, "saya tidak menanyakan ini ke akmal, karena akmal terlalu pinter, jadi saya
tanyakan saja ke mikael."

(waktu itu mikael langsung menoleh ke saya dan berbisik cepat, "sialan, jadi gue dianggap nggak pinter.")

lah, kalau mau menyatakan kecurigaan anda bahwa saya menjadi "bagian yang terlegitimasi" untuk mengkudeta sastra cyber, kenapa tidak semalam langsung diutarakan di depan floor (mumpung ada nirwan dewanto dan hasif amini malah). kenapa anda malah hanya bertanya pada mikael tapi sekarang misuh-misuh di milis dan berpraduga saya menjadi "pelegitimasi" (itu istilah apa sih, yo? taruhlah anggapan anda "benar", masak anda percaya orang-orang seperti nirwan atau hasif "membutuhkan" orang seperti saya, yang cuma mantan moderator milis, sebagai "pelegitimasi" ? hellooooo...
wake up and smell the coffee, bro).

kalau anda mau jadi saksi itu bagus, tapi jadilah saksi yang adil, jangan menyebarkan kesaksian tendensius (untuk tidak menyebut "kesaksian palsu").

lain halnya kalau anda bilang argumen saya lemah, nggak bermutu, contoh-contohnya dibuat-buat, itu nggak masalah. tunjukkan dengan argumentasi juga dong, jadi kita bisa berdiskusi lebih jauh tentang itu.

kalau anda mau membaca lagi makalah saya dengan lebih tenang, saya hargai itu (dan memberi masukan seperti heri latif, "kenapa nggak sekalian bikin analisis kelas, mal?"). itu jauh lebih bermartabat, yo.

kalau anda nggak mau baca, dan tetap menganggap ada "kudeta sastra cyber indonesia" di tuk (memangnya sastra cyber itu jenis pemerintahan ya sampai perlu dikudeta?), ya nggak apa-apa juga.

cuma mudah-mudahan anda belum lupa omongan pram: intelektual itu bertindak adil sejak dalam pikiran.

salam,

~A~

Tidak ada komentar: